Anda pengunjung ke :
Mengenai Saya
- HONDA ESTILO
- New South Wates, Distric of Jogja, Indonesia
- slamat datang Estilo lover
Tinggalkan pesan, komentar, saran anda di sini !
|
Web ini sebagai komukasi para pengguna dan pecinta Honda Estilo
|
Trik yang dilakukan Bernard memang mengacu pada tren mutilasi ala Frankenstein. Kepala beda dengan badannya. Bedanya, kali ini yang diincar badan mesin yang lebih kekar karena kepala sudah pintar.
Awal mutilasi ini diawali naiknya mesin B16A, komplet dengan transmisi dan kaki-kaki. “Untung dapat komplet, sehingga tinggal pasang semua,” bilang Bernard. Engine mounting asli pun tidak banyak berubah. Paling hanya menggeser sedikit posisi bushing arm bawah. Asyiknya lagi, as roda ikut pakai B16A tanpa ubahan sedikit pun.
Proyek mutilasi pun dimulai. Karena kepala silinder B16A sudah pakai VTEC, komponen ini dipertahankan. Nah, tenaga dan torsi coba dikail lagi dengan menaikkan kapasitas. Mesin B20 2.000 cc punya kapasitas lebih besar ketimbang B16A yang hanya 1.600 cc.
Asyiknya karena satu keluarga atau masih dalam rumpun Honda B-series, desainnya mirip. Misalnya girboks B16A langsung akur, begitu pun semua lubang baut, oli dan air (water jacket) antara blok dan kepala silinder.
Hanya ada satu jalur oli di kepala silinder yang digeser sedikit untuk menyesuaikan posisi di blok mesin.
Selebihnya, tinggal memasang kruk as, piston dan setang B20. “Supaya enggak mentok klep, coakan di kepala piston dibentuk ulang,” sambung pria berkacamata minus ini.
Pastinya, semua komponen mekanis tetap bisa beroperasi seperti layaknya mesin B16A. Termasuk sistem manajemen mesin yang juga mengandalkan wiring dan ECU standar B16A. “Hanya disetting ulang pakai piggyback Dastek Unichip. Base map tetap B16A, tetapi disetel lagi sesuai kebutuhan blok B20,” tutupnya seraya menyebut tenaga melonjak mendekati 200 dk. Sekarang semangat tambah menggebu, kan?
Nah, layaknya aliran street machine, perubahan paling mencolok, ada di dapur pacu. Agar tarikan semakin ‘bergairah’, kilikan dimulai dari otak pengatur kinerja mesin, ECU (electronic control unit). “ECU-nya direchipping,” kata pehobi olahraga kedirgantaraan itu. Tujuannya, agar suplai bahan bakar, pengapian dan udara bisa sesuai racikan di mesin.
Padanannya, modifikasi di mesin. Injektor standar, ditata ulang, kali ini Taqwa tak mengerjakannya sendiri. RC Engineering, Amerika, jadi sasaran ‘tugas kerja’, mengimbangi kualitas semprotan di tiap nozzle injektornya.
Setelah dua minggu dikerjakan di negara Paman Sam, injektor pun ‘pulang kandang’. Sementara pengerjaan tetap berlanjut, kepala silinder digarap. Semua lubangnya diperhalus dan diperbesar (porting), tak lupa proses pengilapan (polished), agar arus campuran bensin dan udara bisa cepat mengalir.
Khusus saluran buang, lubangnya diperbesar 1,5 mm dari standar. Kepala silinder, dipapas 0,7 milimeter, agar rasio kompresi meningkat. Tak lupa, sisi kepala klep dibentuk ulang. “Namanya, triangle valve job,” papar lelaki berkulit sawo matang itu.
Jadi tiap sisi dibuat bersudut tiga, tak membulat seperti kepala klep seperti biasanya. Tujuannya agar turbulensi campuran bensin dan udara ke dalam ruang bakar bisa bertambah baik. Karena mempertahankan kenyamanan dipakai sehari-hari, Taqwa mempertahankan kem standar.
Begitu pula blok mesin. Semua isinya masih menggunakan peranti dari pabrik. Hanya, piston, setang piston, kruk-as dibalans ulang. Roda gila pun direduksi beratnya 10% dari standar. Ramuan ini bertujuan agar putaran mesin bisa meningkat cepat, dengan getaran minimal.
Kemudian, sisa gas hasil pembakaran dialirkan lancar melalui header berkonfigurasi 4-1, racikan DCSport. Yang menarik, bikin saluran knalpotnya sampai lima kali! “Yang terakhir paling sesuai bentuknya,” jelas Taqwa. Mau tahu bentuknya? Ah, itu sih rahasia, Bos!
Penunjang tarikan kencang, pengapiannya disempurnakan. Koil CraneCams PS91 berkekuatan maksimal 75.000 volt, jadi pemicu percikan api ke busi NGK Iriway. Di antaranya dijembatani dengan kabel busi NGK Race.
Sistem penyalur tenaga ke roda ikut dipermak. Kopling set kompetisi membuat putaran mesin cepat tersalurkan ke sistem transmisi dan kedua roda depan. Hasilnya, ketika dijajal menggunakan alat pencatat khusus, hanya butuh 6,29 detik buat menyentuh angka 100 km/jam.